admininfokiyai
Minggu, 27 Juli 2025, Minggu, Juli 27, 2025 WIB
Last Updated 2025-08-03T17:13:58Z
Bandar LampungDaerahNasional

Sekubal Raksasa Pecahkan Rekor MURI di HUT Bandar Lampung

Advertisement


Bandar Lampung — Perayaan Hari Ulang Tahun ke-343 Kota Bandar Lampung berlangsung spektakuler dengan torehan prestasi yang mengharumkan nama daerah. Di tengah semarak Festival Masakan Tradisional Lampung dan Jajanan Pasar, sebuah pencapaian monumental berhasil dicetak.


Makanan khas Lampung berukuran raksasa yakni Sekubal resmi memecahkan rekor dunia sebagai yang terpanjang dan terbesar, dan masuk dalam catatan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Minggu (27/7/2025).


Sekubal raksasa yang dibuat dengan panjang 25 meter dan diameter 25 centimeter ini sukses mencuri perhatian ribuan pengunjung yang memadati kawasan Tugu Adipura. Hidangan berbahan dasar ketan dan santan itu disusun memanjang di area utama festival, menjadi simbol kekompakan warga dan kecintaan terhadap kuliner tradisional.


Direktur Operasional MURI, Yusuf Ngadri, hadir langsung menyerahkan piagam penghargaan kepada Wali Kota Bandar Lampung, Hj. Eva Dwiana. Dalam sambutannya, Wali Kota menyampaikan rasa bangga dan haru atas keberhasilan tersebut, yang dinilainya sebagai bentuk penghargaan sekaligus persembahan istimewa untuk seluruh masyarakat Bandar Lampung.


"Penghargaan ini bukan semata tentang rekor, tapi tentang semangat kita melestarikan budaya sendiri. Ini adalah hadiah untuk warga Bandar Lampung yang selalu menjaga jati diri lokal," ujar Eva Dwiana di tengah riuh tepuk tangan.


Lebih lanjut, ia menegaskan harapan besar agar momentum ini menjadi titik tolak bagi kebudayaan Lampung untuk lebih dikenal, tak hanya di level nasional, tapi juga internasional.


"Kami ingin dunia mengenal kekayaan Lampung, dari sekubal hingga siger, dari tari-tarian hingga musik dan kuliner lainnya. Semua itu adalah aset budaya yang harus terus kita gaungkan," pungkasnya.


Pemecahan rekor sekubal terpanjang ini bukan sekadar selebrasi, namun menjadi penanda penting bahwa tradisi bisa dikemas kreatif dan kolaboratif. Dari dapur hingga panggung budaya, masyarakat Lampung membuktikan bahwa warisan leluhur bukan untuk dikenang semata, tapi dirayakan dan diperjuangkan agar tetap hidup dan relevan. (Putra)